Daily Archives: March 2, 2024

Memancing di Muara


“Pusing benar dengan pekerjaan ini!” ujarku dalam hati. Tak ada waktu santai untuk menikmati daerah yang indah ini. Kota ini penuh dengan tempat wisata yang eksotis, tapi tak ada waktu untuk sekadar berkunjung. Kegiatan yang sangat padat dan penuh tekanan benar-benar menyisakan dada dan memusingkan kepala. Kopi pahit pun tak bisa menghilangkan kepenatan ini. Liburan di pantai rasanya hampir tak terbayangkan bisa dilakukan.

Di antara kepenatan yang menyelubungi, telepon genggam berdering. “Halo bro, lagi sibuk apa? Ada rencana besok minggu?” Kebetulan, hari Sabtu itu saya tidak kemana-mana, hanya menunggu kabar dari tim yang bekerja di lapangan. Langsung saja saya menjawab dengan lancar, “Tidak ada acara apa-apa bro, ada rencana apa?” balas saya. “Ayo kita pergi memancing, ada tempat baru yang menarik. Minggu saya jemput ya.” Tanpa berpanjang lebar, saya langsung mengiyakan.

Minggu pagi ketika dijemput, saya tidak berekspektasi berlebihan dengan perjalanan ini. Itu dikarenakan memancing memang bukan hal yang saya gemari, tidak menarik. Tapi saya tertarik dengan tawaran daerah baru yang akan kami tuju. Lokasi tempat pemancingan ini adalah di daerah muara air tenang. Tempat ini terpencil, banyak ikan, dan bukan lokasi turis. Mendatangi tempat baru adalah hal yang saya sukai, apalagi di daerah ini masih banyak sekali tempat yang terpencil yang hanya warga lokal yang mengetahuinya.

Setelah mobil operasional lapangan 4×4 tiba di depan penginapan, saya bergegas merapikan barang dan membawa beberapa batang biskuit. Saya diberi tahu bahwa perjalanan akan memakan waktu dua jam dan saya tak ingin kelaparan di hutan Papua. Kami sempat pula menambah bahan jajanan seadanya dengan membeli di warung lokal. Karena ini ingin memancing, saya merasa perlu ikutan berpesta dengan membeli alat pancing dan umpan seadanya. Alakadarnya saja. Setelah menjemput sopir tambahan yang juga warga lokal, kami pun berangkat.

Lokasinya memang lebih ke pedalaman, melewati banyak desa kecil. Lokasi yang bisa dikeanli terakhir adalah sebuah pantai wisata yang hanya ramai di tanggal merah saja. Lokasi yang kami tuju masih ada beberapa jarak lagi. Setelah makan siang dari bekal nasi bungkus, kami tiba di muara itu. Setelah melakukan pencarian lokasi pemancingan dan cukup untuk membakar api unggun, kami siap untuk memancing. Infonya, waktu terbaik untuk memancing adalah sore menjelang malam. Entah apa dasarnya, saya hanya menurut saja. Kegiatan memancing ternyata tak membosankan, banyak obrolan menarik dan waktu saling mengenal satu sama lain. Teman yang mengajak adalah rekan kerja yang merupakan pengawas lapangan untuk pekerjaan saya. Dia layaknya rekan yang harus saya layani. Kegiatan memancing ditengah lawakan dan obrolan ringan membuat kami terasa akrab dan tak berjarak dalam hubungan pertemanan. Sungguh menarik, sekarang saya rasa ini pula mungkin alasan ini pula yang membuat olahraga adalah bahasa lain alam mengakrabkan sesama rekan kerja.

Malam itu terasa sangat menyenangkan. Ditengah kegelapan, kami bakar sisa-sisa kayu yang ada sehingga api unggun menghangatkan malam. Area sekitar muara tak ada sinyal, sungguh melegakan tak terusik oleh dering telepon. Tidak ada gangguan dari panggilan pekerjaan yang mengganggu. Sambil menyeruput kopi sachetan dan lawakan serta guyonan terus berlangsung. Suara tawa membelah malam.

Tiba jam delapan malam, tak terasa akhirnya kegiatan memancing hanya mendapatkan beberapa ikan kecil. Rasanya tidak sebanding dengan pengorbanan kami membeli alat pancing dan jajanan lainnya. Namun yang tidak tergantikan adalah pengalaman kabur dari kepenatan pekerjaan yang sangat menyesakkan. Pemandangan di muara itu dengan langit bertabur bintang ditengah kegelapan dan api unggun kecil dari kayu bakar seadanya yang dikumpulkan seadanya adalah hal yang sangat indah pada hari itu. Setelah malam mulai menggelap, kami mengambil jalan pulang dalam waktu dua jam, kemudian saya sudah tiba di penginapan lagi dan siap membuka buku catatan untuk mengecek pekerjaan dan melakukan laporan pekerjaan kembali untuk persiapan esok hari.

Rasanya benar memang jika ditengah penatnya pekerjaan dibutuhkan waktu istirahat sejenak dari kebiasaan. Meski memancing di muara bukanlah tempat yang menarik, tapi keakraban itu terasa hangat. Catatan ini mengenang perjalanan memancing di muara bersama rekan kerja dimans kami biasanya sering berdebat. Meski sering tidak akur dalam hal profesionalisme tapi dalam hal pergaulan ternyata teman saya ini orang yang asik. Semoga bisa kembali lagi ke kota ini dengan tujuan yang berbeda, saya menikmati pekerjaan disana.

Manokwari, Oktober 2018.