Sisi Lain Manusia Normal


Kisah tentang seorang komandan kamp konsentrasi Auschwitz, Rudolf Hoess, dan kehidupan keluarganya. Mereka tinggal persis di sebelah dinding kamp konsentrasi Auschwitz. Film ini menggambarkan kontras antara kehidupan nyaman keluarga Hoess yang tampak sempurna dan ironi di balik kamp konsentrasi yang penuh dengan kebrutalan. Film ini berhasil menunjukkan sisi keganasan dari manusia yang begitu menikmati kenyamanan sebagai sebuah keluarga yang utuh dan sempurna, walaupun mereka mengetahui kebrutalan di balik dinding tempat tinggal mereka. Mereka hidup layaknya keluarga yang bisa sarapan dengan nyaman, bermain air di musim panas lengkap dengan papan seluncuran, sementara suara jeritan dan tembakan terdengar dari balik dinding tepat dari sebelah rumah mereka.

Menurut saya, film ini menunjukkan bagaimana sisi lain dari manusia yang bisa tenang menjalani peran sebagai sebuah kenormalan. Sebagai seorang pekerja, Hoess terlihat seperti seorang komandan profesional biasa dalam menjalankan pekerjaannya. Fokus dan berkerja keras untuk pengembangan proyek yang sedang ditangani. Digambarkan pula begitu sibuknya ia saat berurusan dengan organisasi keprofesionalan dan kerumitan pekerjaan. Sebagai seorang profesional, Hoess menjalankan tugasnya dengan baik, terutama saat dia mengembangkan metode pengembangan kamp yang baru dan lebih efisien. Dia membahas itu di rumahnya saat keluarganya asyik bermain dengan ceria.

Sutradara menggarap film ini dengan serius lengkap dengan detail dan gambaran lingkungan yang sangat indah dan sinematografi yang memukau. Latar belakang kehidupan tentara Jerman dan kehidupan sosial lengkap digambarkan dalam beberapa adegan. Tak ada konflik khusus dalam plot cerita ini, namun dengan latar suara yang menggigit di setiap adegan di rumah Hoess, dan keluarga tak mengganggu secara level suara, namun sangat mencekam dalam arti suara yang sebenarnya. Sungguh, film ini berhasil menggambarkan kengerian yang luar biasa tanpa menunjukkan sedikitpun adegan yang mengerikan. Tak semua anggota keluarga terbiasa dengan kondisi ini, terdapat adegan di mana ketika mertua Hoess mengunjungi mereka tidak bisa tidur di malam hari karena gelisah. Kejadian ini digambarkan dengan apik saat api pembakaran dari kamp sebelah menerangi malam.

Bagi kita mungkin sangat mudah menghakimi Hoess sebagai satu sisi monster dan setan kejam karena kebijakan dan profesionalismenya dalam membunuh ribuan orang tak bersalah setiap hari. Namun, di sisi lain, setelah selesai bekerja, ia seperti kebanyakan orang lainnya, dia kembali sebagai seorang ayah yang baik. Kelelahan setelah bekerja, lalu pergi ke kamar anak perempuannya dengan membacakan dongeng pengantar tidur kepada putri yang tercinta. Gambaran ini tak lebih sama dari kita para bekerja biasa yang kita klaim sebagai peran yang baik, sementara Hoess menjalankan peran lain. Bisa jadi ini adalah bahan renungan apakah kita yang selama ini merasa baik juga melakukan hal benar dalam hal lain. Hoess bisa saja berpikiran bahwa tidak ada yang salah atas nama profesionalisme dan bisa menghidupi keluarga dengan baik dan normal. Atau sisi lain kenyataan kita sebagai manusia dengan naluri mengerikan. Kita akan memilih diam dan menganggap kebrutalan sebagai hal yang normal dan wajar selama kita bisa hidup tenang dan damai. Atau mungkin kita memang harus melihat sesuatu dari sisi lain, jauh dari sudut pandang kita sendiri sehingga kita terkungkung dengan kenyamanan dan buta terhadap yang seharusnya tidak kita lakukan.

Sungguh film yang menakjubkan, bintang lima. Tak salah menjadi nominasi di banyak ajang perfilman bergengsi dunia.

Taiwan, Maret 2024.

Leave a comment